Rabu, 13 Juni 2012

contoh text drama untuk 5 orang


Sang Pengkhianat

Narator : Adhit dan Paijo merupakan sahabat baik. Mereka telah bersahabat sejak kecil,             tapi suatu hari ketika keluarga Paijo jatuh miskin, Adhit pun tak ingin lagi bersahabat dengan Paijo. Suatu siang ketika Paijo, Adhit, Allen, Niko dan Nate sedang berada di kelas untuk bersih-bersih sebelum pulang sekolah, Paijo dengan berat hati mengatakan kepada Adhit untuk membantunya. Karena menurutnya Adhit lah yang bisa menolongnya dan Adhit merupakan sahabatnya, malah yang terjadi adalah Adhit balik menghina Paijo.

Paijo    : Adhit, bisakah kau menolongku sedikit saja?
Adhit   : Apa? Menolongmu? Kau pikir kau itu siapa yang harus aku tolong?
Paijo    : Kenapa dengan mu Adhit? Bukankah kita sahabat? Masa kau sudah lupa dengan
   itu?
Adhit   : Sahabat? Maaf ya aku tidak punya sahabat seperti mu yang miskin. Aku hanya mau
   bersahabat dengan orang yang kaya.
Allen   : Kenapa dengan kalian berdua? Sepertinya sedang bermasalah gitu.
Paijo    : Tidak ada apa-apa kok. Kita berdua baik-baik saja. Ya kan Adhit?
Adhit   : Baik-baik saja? Gini ya len, tadi si miskin ini meminta bantauan ke aku. Tapi
   sayangnya aku tak ingin membantu orang seperti dia. Mana dia ngaku-ngaku
               sahabat aku lagi? Ogah deh.
              (Paijo pun pergi karena mendengar perkataan Adhit seperti itu)
Allen   : Jangan begitu Adhit. Bukannya kau dan Paijo memang bersahabat dari kecil? Masa
karna sekarang Paijo dan keluarganya jatuh miskin, kau tidak mau lagi bersahabat                  dengannya. Bukannya saat-saat seperti ini kau bisa tunjukan ke dia, kalau kau           memang sahabatnya. Bukan malah meninggalkannya.
Nate    : Betul itu kata Allen. Seharusnya kau sekarang menyuport dia, bukan menghina dia
   seperti itu. Kasian kan dia.
Niko    : Betul itu. Sahabat seperti apa kau ini?
Adhit   : Kalian pikir siapa kalian yang berani-berani menasehatiku? Sok baik! Terserah aku
   dong mau berbuat apa. Urus saja diri kalian masing-masing.
Nate    : Kita bukannya bermaksud menasehati kamu atau sok baik. Tapi kita tidak mau
   persahabatan kamu dan Paijo berakhir seperti ini.
Adhit   : Halah itu bukan urusan ku dan juga kalian. (Adhit pun langsung pulang)
Niko    : Setan apa yang merasuki anak itu? Bisa-bisanya dia berbuat begitu kepada Paijo
   Bukankah selama ini dia yang selalu saja membela-bela Paijo ketika ada masalah?
Allen   : Ya itu hanya dia yang tahu. Tapi satu hal yang akhirnya kita tahu, Adhit hanya mau
   berteman dengan orang yang kaya.
Nate    : Pantas saja.
Niko    : Pantas apanya?
Nate    : Sudahlah jangan dibahas lagi, mending kita pulang saja.
Allen   : Betul itu.

Narator : keesokan harinya Mereka kembali masuk ke sekolah seperti biasa, tetapi tidak dengan Paijo. Hal ini pun terjadi selama 2 minggu berturut-turut. Pada akhirnya ketika mereka berempat sedang dalam perjalanan ke sekolah, secara tidak sengaja mereka bertemu dengan Paijo di pinggir jalan, sedang mencari barang bekas.

Allen   : Hei bukannya itu Paijo?
Nate    : Ya benar, itu Paijo. Sedang ngapain dia? Bukannya masuk sekolah malah keluyuran
   seperti itu.
Allen   : Ya benar. (Allen pun langsung menarik Adhit yang jalan di belakangnya dan sedang
   asyik dengan Iphone-nya) Liat itu? Apa yang sahabatmu lakukan?
Adhit   : Haha… pasti sedang mengais-ngais sampah. Namanya juga orang miskin.
Niko    : Apaan sih. Ayo kita samperin saja dia.
Allen   : Paijo, apa yang sedang kau lakukan? Kenapa kau tidak masuk 2 minggu ini?
Paijo    : (dengan kaget) Aku? Ya seperti yang kalian lihat.
Adhit   : Aku bilang juga apa. Pasti dia sedang mengais-ngais sampah. Seperti tidak tahu  
   saja kalian kerjaan orang miskin.
Nate    : Sudahlah Adhit, begitu-begitu Paijo itu sahabatmu.
Allen   : Apa-apaan sih. Kenapa kau tidak masuk sekolah lagi Paijo?
Paijo    : Begini, orang tuaku tidak punya uang untuk membiayai aku dan adikku untuk
   sekolah. Sedangkan adikku masih mau sekolah, jadi aku mengalah saja untuk
   adikku. Biar adikku yang sekolah dan aku membantu orang tuaku untuk
   menyambung hidup.
Niko    : Mulia betul hati mu sobat.
Adhit   : Haha. Mulia apanya? Dia cuma mau cari muka tahu? Kalian ini gampang sekali
   dibodohi sama dia.
Paijo    : Tega sekali kau berkata begitu padaku. Aku memang sekarang sudah miskin, tapi
   aku masih punya perasaan. Kalau kamu tidak mau bersahabat lagi denganku ya
   sudah, itu tidak jadi masalah buatku, tapi jangan kau hina aku dengan kata-katamu
   itu. Satu lagi, aku tidak pernah menyesal pernah berkenalan dengan mu. Tapi itu
   merupakan pembelajaran bagiku. Terima kasih Adhit. (Paijo pun lari secepat
   mungkin meninggalkan mereka berempat dengan perasaan yang campur aduk)
Allen   : Sudah puas kau menyakiti dia? Ingat Adhit, suatu hari nanti kau juga akan merasa
   apa yang Paijo rasakan sekarang.
Niko dan Nate : Betul itu.
Adhit   : Haha. Itu tidak mungkin. Keluargaku tidak mungkin jatuh miskin seperti dia. Toh
   keluargaku memiliki banyak usaha yang menghasilkan banyak uang. Dan tidak
   akan habis untuk 5 generasi. Haha (sambil tertawa Adhit pun jalan meninggalkan
   mereka bertiga)
Niko    : Sombong sekali itu anak. Semoga hidupnya baik-baik saja.
Allen   : Ya semoga saja. Memang terkadang kita harus menyadari bahwa ada orang tertentu
   yang bisa tinggal di hati kita, namun tidak dalam kehidupan kita
Nate    : Ya betul itu. Dan semoga suatu hari nanti kita bisa bertemu lagi dengan Paijo

……….(mereka bertiga akhirnya melanjutkan perjalanan ke sekolah)……….
Narator : Hari itu merupakan hari terakhir mereka bertemu Paijo dan ketika semuanya telah terjadi, Adhit pun merasakan apa yang dulu Paijo rasakan. Keluarganya bangkrut karena ditipu oleh orang lain. Tapi sayangnya Adhit tidak terima dengan hidupnya yang miskin, dan ia beranggapan bahwa semua ini salah Paijo

yang punya blog:

ucapan dari yang punya blog

Total Tayangan Halaman